Penjualan buku pelajaran yang dilakukan sejumlah sekolah baik Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) dipertanyakan sejumlah orang tua murid, karena dinilai sangat memberatkan orangtua murid. Selain itu orang tua murid juga mempertanyakan keberdaan buku pelajaran yang setiap tahunnya berubah.
Yusrin, salah satu orang tua murid menilai, penjualan buku pelajaran di sekolah merupakan hal sangat memberatkan, karena buku yang ada tidak bisa lagi dipergunakan adik dari siswa yang telah naik kelas, karena tidak sesuai kurikulumnya lagi.
Dia mencontohkan, jika dirinya mempunyai anak dua orang dan bersekolah di sekolah yang sama namun berbeda tingkat kelasnya, maka akn banyak biaya yang digunakan untuk membeli buku pelajaran setiap tahunnya.
“Ini kan namnya memberatkan orang tua murid, padahal buku pelajaran yang digunakan tahun sebelum mash bisa digunakan oleh adik kelasnya,” keluhnya.
Namun ada juga orang tua beranggapan, penjualan sejumlah buku pelajaran di sekolah sangat membantu orang tua murid.
“Jika buku pelajaran itu dibeli di tempat lain sangat repot dan pelayanan yang kurang memuaskan, sedangkan kalau di jual di sekolah selain sangat praktis juga memuaskan,” kata Leny Simanjuntak, salah satu orang tua murid di SDN 3 Palu, Rabu (22/7) di SDN 3 Palu.
Bahkan, Leny mengusulkan, sejumlah buku tersebut untuk dijual di sekolah tersebut. .
Sementara itu sejumlah guru di SDN 3 Palu menyebutkan, buku pelajarn yang ada saat yang berasal dari dana BOS hanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan buku pelajaran Tematik harus dibeli.
“Buku tersebut tidak diwajibkan untuk dibeli, karena masih banyak murid kami yang tidak memiliki buku tersebut. Kalau kami mengajar di kelas biasanya ditulis di papan tulis atau kalau tidak kami copy. Tapi uang yang kami pakai dari dana BOS,” jelas salah seoran guru yang tidak mau namanya dikornakan.
Dia menambhakan, sejumlah wali murid mengusulkan pada sekolah, jika buku yang perlu dibeli baiknya di jual di sekolah agar tidak lagi merepotkan orang tua murid. Kami juga tidak mau menjualnya, karena ditakutkan berbagai tanggapan yang ada, tapi karena dorongan dari sejumlah wali murid tadi akhirnya buku tersebut dijual di koperasi sekolah.
Sedangkan, guru yang menangani bagian koperasi, Gloria, mengungkapkan harga buku tematik yang ada berbeda-beda tapi buku tersebut dijual hanya untuk kelas satu, dua dan tiga.
Tapi untuk kelas dua ada lagi tambahan buku seni bedah keterampilan (STK ) dan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Agama dan Bahasa Inggris.
Kepala SDN 3 Tatura, Rahayawati ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut menjelaskan, hampir semua pengadaan buku pelajaran di sekolah ini menggunakan dana bos kecuali buku Agama dan Bahas Inggris
Yusrin, salah satu orang tua murid menilai, penjualan buku pelajaran di sekolah merupakan hal sangat memberatkan, karena buku yang ada tidak bisa lagi dipergunakan adik dari siswa yang telah naik kelas, karena tidak sesuai kurikulumnya lagi.
Dia mencontohkan, jika dirinya mempunyai anak dua orang dan bersekolah di sekolah yang sama namun berbeda tingkat kelasnya, maka akn banyak biaya yang digunakan untuk membeli buku pelajaran setiap tahunnya.
“Ini kan namnya memberatkan orang tua murid, padahal buku pelajaran yang digunakan tahun sebelum mash bisa digunakan oleh adik kelasnya,” keluhnya.
Namun ada juga orang tua beranggapan, penjualan sejumlah buku pelajaran di sekolah sangat membantu orang tua murid.
“Jika buku pelajaran itu dibeli di tempat lain sangat repot dan pelayanan yang kurang memuaskan, sedangkan kalau di jual di sekolah selain sangat praktis juga memuaskan,” kata Leny Simanjuntak, salah satu orang tua murid di SDN 3 Palu, Rabu (22/7) di SDN 3 Palu.
Bahkan, Leny mengusulkan, sejumlah buku tersebut untuk dijual di sekolah tersebut. .
Sementara itu sejumlah guru di SDN 3 Palu menyebutkan, buku pelajarn yang ada saat yang berasal dari dana BOS hanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan buku pelajaran Tematik harus dibeli.
“Buku tersebut tidak diwajibkan untuk dibeli, karena masih banyak murid kami yang tidak memiliki buku tersebut. Kalau kami mengajar di kelas biasanya ditulis di papan tulis atau kalau tidak kami copy. Tapi uang yang kami pakai dari dana BOS,” jelas salah seoran guru yang tidak mau namanya dikornakan.
Dia menambhakan, sejumlah wali murid mengusulkan pada sekolah, jika buku yang perlu dibeli baiknya di jual di sekolah agar tidak lagi merepotkan orang tua murid. Kami juga tidak mau menjualnya, karena ditakutkan berbagai tanggapan yang ada, tapi karena dorongan dari sejumlah wali murid tadi akhirnya buku tersebut dijual di koperasi sekolah.
Sedangkan, guru yang menangani bagian koperasi, Gloria, mengungkapkan harga buku tematik yang ada berbeda-beda tapi buku tersebut dijual hanya untuk kelas satu, dua dan tiga.
Tapi untuk kelas dua ada lagi tambahan buku seni bedah keterampilan (STK ) dan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Agama dan Bahasa Inggris.
Kepala SDN 3 Tatura, Rahayawati ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut menjelaskan, hampir semua pengadaan buku pelajaran di sekolah ini menggunakan dana bos kecuali buku Agama dan Bahas Inggris
0 comments:
Posting Komentar